Kamis, 23 April 2015

Doha Corniche, Keindahan di Jantung Kota Doha




Doha Corniche terbentang sepanjang 7 km dengan bentuk seperti tapal kuda.  Di sepanjang jalan utama Corniche, kita akan melewati Qatar National Museum, Museum of Islamic Art, Al Nasaa Restaurant dengan arsitektur bangunannya yang menarik (kabarnya restaurant ini adalah salah satu restaurant termahal di Doha). Di sepanjang corniche, akan bisa kita jumpai Doha Port yang menjadi tempat parkirnya perahu kayu, perahu nelayan dan lokasinya dekat dengan Istana negara milik Emir. Terkadang di Doha Port, kita bisa membeli ikan segar yang baru saja ditangkap nelayan. Harganya relatif murah namun kita harus siap-siap membersihkan ikan tersebut sendiri di rumah.
Kita bisa naik kapal kayu (dhow) yang akan mengantar kita melihat pemandangan Doha dan Palm Island selama 10 menit. Biasanya nakhoda kapal adalah orang India yang akan menyalakan musik India yang rancak dan keras.
Doha Corniche dikelilingi oleh bangunan2 pencakar langit yang indah. Ada hotel mewah, club dan apartemen, bangunan perkantoran milik pemerintah, juga taman bermain anak yang disebut Al Rumeilah Park.




Al Rumeilah Park sering disebut juga dengan nama Al Biddah Park yang menyediakan banyak permainan anak-anak. Taman permainan ini juga memilik toko tempat menjual makanan kecil buat pengunjung. Biasanya keluarga yang mengunjungi taman itu akan membawa tikar atau kursi santai sambil menunggui anak atau cucunya bermain, karena Corniche menyediakan taman yang berumput hijau dengan bukit2 kecilnya yang indah.




Di akhir Corniche, ada Sheraton Hotel  yang berbentuk piramida aztec. Sebelum sampai ke hotel tersebut, ada taman bermain yang disebut Sheraton Gardens dengan cafe dan tempat bermain anak2 dan taman berumput hijau yang nyaman untuk berpiknik.



Mengunjungi Lotte World




Lotte World terletak di jantung kota Seoul. Jika pernah mengunjungi Dunia Fantasi di Jakarta, maka kita sudah bisa membayangkan Lotte World. Perbedaannya hanyalah suhu udara yang dingiiiin di Seoul. Namun suhu yang sangat dingin itu tidak membuat anak2 muda yang berkunjung kesana menggunakan rok mini. Kami yang terbiasa di darah tropis dan sub tropis, harus menggunakan celana panjang rangkap 2-3, kaos dan sweater berlapis2, masih ditambah sarung tangan dan tutup kepala. Itupun kita masih menggigil kedinginan saat kami memilih permainan di luar gedung.

Lotte world menawarkan entertainment di dalam ruang (adventure) dan di luar ruang (Magic Island). Permainan di luar ruang lebih bersifat permainan yang memacu adrenalin. Lotte World Adventure membagi tema permainan yang mempresentasikan negara2 yang berbeda dengan berbagai fasilitas dan toko souvenir. Di arena ini kita bisa menyaksikan parade, film, laser show dan berbagai makanan internasional.

Lotte world juga memiliki museum tentang Korea 5000 tahun yang lalu, yang berbentuk miniatur desa2 dan tempat bermain.

Lotte world buka mulai jam 09.30 - 22.00. Biaya masuknya bervariasi tergantung jam berkunjung dan usia pengunjung.

Tiket terusan untuk dewasa 46,000 won, untuk remaja (13-18) 40,000 won, untuk anak-anak (3-12)  36,000 dan bayi 12,000 won

Tiket terusan setelah jam 16.00 harganya berbeda. 37,000 untuk dewasa, 32,000 untuk remaja, 28,000 untuk anak-anak dan 12,000 untuk bayi.

Sedangkan jika ingin membeli tiket masuk saja dan membeli tiket permainan di arena permainan, maka untuk dewasa harga tiket masuknya mulai dari 17,000 (setelah jam 19.00) sampai 37,000 (tiket pagi) dan untuk anak-anak mulai 13,000 (setelah jam 19.00) sampai 25,000 (tiket pagi).

Setelah jam 19.00 kami menyaksikan parade di dalam gedung yang kebetulan saat kami berkunjung, Lotte world sedang merayakan ulang tahunnya. Aya bukan main senangnya karena bisa melihat Cinderella, Aurora, Jasmine, dan betapa bahagianya dia saat bisa bersalaman dengan salah satu artis yang berbusana Prince Charming.






Kamis, 16 April 2015

Half Day City Tour: Kunjungan Ke Jogyesa Temple, Blue House dan Gyeongbokgung Palace

Menggunakan jasa travel agent untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, ternyata cukup efektif dan efisien. Namun sayangnya kami harus bangun pagi-pagi dan siap pada jam 8 pagi. Di pagi yang dingin seperti di Seoul pada bulan Februari sangat nyaman jika kita masih bisa menikmati selimut tebal di tempat tidur. Namun waktu kami di Seoul hanya 5 hari, dan kami masih ingin mengunjungi banyak tempat wisata, jadi kami harus segera bersiap-siap menggunakan pakaian berlapis-lapis untuk mengatasi dingin. 

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Jogyesa Temple.
Jogyesa temple adalah pusat tempat ibadah Budha Zen di Korea. Temple ini terletak di Gyeonji-Dong, Jongno-gu, di pusat kota Seoul. Temple ini sudah ada sejak tahun 1395 pada masa dinasti Joseon.
Saat memasuki temple, perhatian kita akan terpaku pada pohon2 yang terletak di depan temple. Ada pohon Locust yang tingginya 26 meter dan ada white pine tree yang sudah berumur ratusan tahun




Kata pemandu wisata, jika kita memeluk pohon Locust tersebut, maka kita akan merasa berbahagia





Kunjungan berikutnya adalah Gyeongbokgung Palace.
Istana ini dibangun pada tahun 1395 dan disebut sebagai Northern Palace karena lokasinya yang paling jauh ke utara dibandingkan dengan istana lainnya seperti Changdeokgung (eastern palace) dan Gyeongheegung (western palace). Gyeongbokgung disebut sebagai istana terindah dan terbesar dibandingkan 5 istana lainnya.
Kunjungan kami kesana tepat saat upacara changing guard dimulai. Setelah upacara yang memakan waktu sekitar 15 menit, kami mulai berjalan-jalan mengelilingi lokasi istana.




Di lokasi yang tidak terlalu jauh dari istana, kami bisa melihat Blue House yaitu official resident dari Presiden. Ciri-ciri dari Blue House adalah semuanya berwarna biru. Mulai atap sampai lantainya. Keindahan warna Blue House selaras dengan pemandangan gunung Bugaksan yang terletak di belakangnya.








Rabu, 15 April 2015

DMZ, Daerah Perbatasan Korea Utara Dan Korea Selatan




The Korean Demilitarized Zone (DMZ) adalah daerah  pembatas yang membentang di jazirah Korea yang dibentuk di akhir masa perang antara Korea Utara dan Korea. Daerah ini adalah daerah pembatas yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian antara Korea Utara, China dan PBB di tahun 1953 dengan panjang 160 miles dan lebar 2,5 miles.





Garis batas utara bermulai di  sebelah barat Imjingang River sampai Dongho-rin di sebelah timur. Dari garis batas militer, Korea Selatan dan Utara membuat buffer Zone 2 km untuk setiap sisinya karena dikawatirkan terjadinya konflik militer di area tersebut.
Pembatasan akses di kedua wilayah tersebut membuat ekologi di daerah tersebut menjadi tidak tersentuh, akibatnya DMZ menjadi daerah ekosistem natural yang unik
Luas DMZ mencapai 992 kilometer persegi dengan gunung, dataran, lembah dan tempat banyak species yang dilindungi. Saat ini ada sekitar 2900 species, 960 jenis tanaman, 35 jenis mamalia dan 64 jenis burung. 

Dalam perjanjianantar kedua negara itu, disebutkan berapa jumlah tentara, jenis senjata yang diijinkan di DMZ. Tentara2 dari kedua belah pihak melakukan patroli di dalam DMZ dan dilarang menyebrang perbatasan masing2 negara. Dikabarkan beberapa pelanggaran yang dilakukan, meyebabkan terbunuhnya sekitar 500 tentara Korea Utara dan 50 tentara Amerika di DMZ sepanjang tahun 1953 dan 1999.

Di dalam DMZ, dekat bagian barat jazirah, Panmunjom adalah Joint Security Area (JSA). Di daerah ini terdapat beberapa bangunan, yang menjadi tempat berlangsungnya negosiasi sejak 1953.

Sejak 15 November 1974 telah ditemukan 4 lorong yang di gali oleh Korea Utara menyebrangi DMZ. Korea Utara mengklaim bahwa penggalian itu dilakukan untuk mencari batu bara namun tidak diketemukan adanya batu bara di lorong tersebut. Diyakini bahwa lorong tersebut dibuat untuk melakukan invasi ke Korea Selatan.
Warga sipil yang berkunjung ke area tersebut harus melalui pengawasan yang sangat ketat. Setiap pengunjung (turis) harus menunjukan paspor atau kartu identitas dan yang diteliti satu persatu.




Saat kami berkunjung ke DMZ, tentara yang melakukan pengecekan penumpang bis wisata, sempat mempertanyakan kelebihan paspor yang dia pegang, ternyata Aya yang mengantuk, dan tertidur di pangkuan Saya tidak kelihatan saat dilakukan penghitungan jumlah penumpang.

DMZ Tour didahului dengan penjelasan sejarah terbentuknya DMZ oleh pemandu wisata, dan setelah sampai lokasi, kami masuk theater yang menayangkan sejarah DMZ secara singkat, melihat diorama, melihat daerah perbatasan dengan menggunakan teleskop. Kemudian kami diajak menyusuri beberapa terowongan yang dibuat oleh tentara Korea Utara


Setelah kunjungan di lokasi DMZ selesai, kami mengunjungi Dorasan Stasiun yang di bangun di dalam DMZ. Seperti halnya bangunan2 di DMZ, Dorasan stasiun juga di jaga oleh tentara2 perbatasan dan dengan galaknya mereka menolak saat kami ajak berfoto bersama.





Kamis, 09 April 2015

Belajar Ski di Jisan Ski Resort





Saya dan anak-anak menyukai suasana bersalju. Sayangnya kami tinggal di Qatar dan Indonesia yang tidak penah turun salju. Saat winter di Qatarpun suhu terdingin sekitar 17 derajat celcius. Sehingga kami hanya bisa menikmati salju jika kami berlibur ke negara yang memiliki musim dingin. Dan untuk pergi berlibur, papanya anak-anak harus menabung lama untuk bisa membawa kami kesana.

Mencari salju di kota Seoul, relatif sulit di bulan Februari, walaupun bukannya tidak mungkin. Sehingga alternatif kami untuk menikmati suasana bersalju adalah mencari tempat bersalju di bulan Februari, pilihan kami jatuh ke Jisan Ski Resort. Kabarnya, disana mereka mempertahankan suasana bersalju dengan menggunakan mesin (saya tidak tahu bagaimana proses bekerjanya mesin tersebut) dan kalau melihat bukitnya yang bersalju, saya seperti melihat susana di drama TV Korea Winter Sonata.




Jisan Ski Resort terletak di San 28-1, Haewol-ri, Majang-myeon, Icheon-si, Gyeonggi-do. Pertama kali di buka pada tahun 1996, kemudian mengalami rekonstruksi di tahun 1999.





Wisata ke lokasi ini menawarkan paket belajar ski dengan biaya sekitar 65,000 won per orang. Sampai di lokasi, ternyata kami masih harus mengeluarkan uang untuk menyewa baju, celana, sarung tangan. Peralatan ski dan makan siang sudah termasuk dalam paket yang ditawarkan.

Secara teori, belajar Ski itu mudah, yang sulit adalah prakteknya. Berkali-kali kami jatuh dan sulit bangun lagi karena sepatu ski yang berat dan salju yang lembut. Berkali-kali kami meluncur deras tanpa bisa menghentikan laju kami, dan cara berhenti yang tidak dianjurkan namun cukup membantu adalah menjatuhkan diri.




Setelah menjalani latihan berkali-kali, kami diberi waktu 2 jam untuk bermain ski, namun kami memilih ke base camp dan berhangat-hangat di depan perapian.

Korean Folk Village : Menengok Daerah Pedesaan Korea di Masa Lalu



Ada beberapa lokasi korean folk village di Korea Selatan yang bisa dikunjungi. Semua lokasi menawarkan pemandangan kehidupan tradisional, kehidupan pedesaan di masa lampau.

Beberapa lokasi Folk Village yang bisa dipertimbangkan untuk dikunjungi, adalah:

Namsangol Hanok Village
Lokasinya di 28, Toegye 34-gil, Jung-gu, Seoul.
Folk village ini berasal dari dinasti Joseon, memiliki rumah-rumah tradisional lengkap dengan furniturenya.
Setiap weekend, ada upacara pernikahan tradisional yang berlangsung antara jam 12 – 13 siang.
Hanok village tutup setiap hari selasa dan hari-hari selain selasa, Hanok village buka jam 9-21 di bulan April-Oktober dan jam 9-20 di bulan November – Maret dengan biaya masuk gratis namun ada biaya parkir sebesar 500 won untuk 10 menit.

Yangdong Folk Village
Berlokasi di Gangdong-Myeon (16 km sebelah southeast Gyeong Jin, Gyeongsanbuk-do, Korea Selatan).

Yongin Folk Village
Folk village ini disebut sebagai living museum dan di akui UNESCO sebagai warisan budaya. Lokasinya di Gyeonggi, Korea Selatan dekat Everland Amussement Park.
Village buka jam 9-18 saat summer dan 9-17 saat winter dengan tiket masuk 15,000 won bagi dewasa, 12,000 won untuk remaja usia 14-18 tahun, dan 10,000 untuk usia 9-13 tahun.




Aya di depan gerbang Folk Village

Kami sekeluarga diajak sahabat kami Keluarga Rhee Jae Ho, untuk mengunjungi Folk Village di Yongin. Suasana lokasi wisata itu tidak terlalu ramai, mungkin karena februari masih dianggap winter dan terkadang turun salju (sayangnya salju turun saat kami meninggalkan Seoul). 

Kami mampir di restaurant yang menyajikan makanan tradisional, mampir di toko yangmenjual souvenir, dan bergaya menggunakan hanbok untuk keluarga kerajaan



Kami juga mampir ke amussement park, masuk ke rumah hantu dan bahkan anak-anak minta es krim di cuaca yang dingin ini.





"Pa, please open this ice cream for me"



N Seoul Tower : The Highest Point in Seoul



N Seoul Tower terletak di Namsan Mountain yang menawarkan pemandangan kota Seoul yang indah dilihat dari ketinggian. N Seoul Tower menjadi simbol Seoul sejak pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 1980.

Tower ini dibangun pada tahun 1971. Tower ini menjadi tower pertama yang menjadi pemancar bagi radio dan televisi.

N Seoul Tower menawarkan bukan hanya keindahan pemandangan, namun juga film, atraksi kesenian, exibition, restaurant,  dan toko souvenir dan makanan kecil.

Namsan mountain dengan ketinggian 243 m dan ketinggian tower yang mencapai 236,7 m membuat tower ini menjadi titik puncak tertinggi di Seoul.

Nama N pada N Seoul tower diartikan sebagai Namsan seperti nama gunung tempat tower itu berdiri. Namun di sejak 2005, N di artikan sebagai New look. Mengapa N diartikan dengan New look? Karena jumlah wisatawan yang meningkat sejak tower ini dibuka untuk umum, menjadikan tower ini top destinasi wisata di Seoul, dan tower di renovasi menjadi lebih cantik dengan berbagai warna lampu yang warnanya akan nampak saat malam hari.

Perjalanan menuju lokasi bisa dilakukan dengan 3 cara, yang pertama dengan mobil dan dilanjutkan dengan berjalan, yang kedua dengan berjalan melalui tangga yang sudah disediakan, dan yang ketiga adalah menggunakan cable car.. Cara ketiga ini adalah cara yang paling nyaman. Tidak membuat lelah, dan bisa menikmati pemandangan dari atas.



N Seoul Tower



Kami sekeluarga tentu saja memilih menggunakan cable car, karena kami tidak tahan dengan dinginnya suhu di Seoul yang mencapai 3 derajat celcius bahkan di siang hari.




Sayangnya kami tidak bisa naik ke tempat digital observatory karena saat itu, tower masih ditutup untuk beberapa perbaikan.  Dan kami hanya bisa berkeliling di pelataran, melihat atraksi seni di halaman tower dan makan siang di salah satu restaurant.



Lock your love here



Pepohonan di akhir winter



Rabu, 08 April 2015

24 Jam di Dubai



Selama 5 tahun tinggal di Qatar, kami belum pernah berkunjung secara khusus ke Dubai. Padahal jarak tempuh Qatar-Dubai menggunakan pesawat, hanya membutuhkan waktu 50 menit, sama seperti lama perjalanan Jakarta-Yogyakarta menggunakan pesawat.

Biasanya Dubai hanya menjadi tempat transit sebelum sampai di Qatar jika menggunakan maskapai Emirates.

Namun liburan term break bulan Februari lalu, mau tidak mau kami harus tinggal di Dubai selama 24 jam karena penerbangan dengan Emirates mengalami penundaan selama 30 menit dan mengakibatkan kami ketinggalan penerbangan lanjutan menuju Seoul yang menjadi tujuan liburan kali ini.

Emirates memberikan fasilitas menginap di Arabian Park Hotel dan makan 3X sehari untuk kami sekeluarga. Namun liburan di Dubai yang mendadak, membuat kami tidak memiliki rencana akan kemana selama 24 jam ke depan.

Keesokan paginya, baru kami menyusun rencana. Mula-mula kami akan mengunjungi Al Jumeirah Beach, Burj Khalifa lalu ke Dubai Mall. Namun rencana yang kami susun untuk beberapa jam ke depan ternyata tidak berjalan dengan baik, karena saat itu adalah hari Sabtu yang merupakan hari libur, dan akibatnya dimana-mana penuh keluarga yang berjalan-jalan ke Al Jumeirah Beach dan Dubai Mall.

Kami juga mengalami kesulitan mencari taksi, karena nampaknya taksi di Dubai tidak bisa berhenti di sembarang tempat. Akibatnya kami harus berjalan jauh untuk mendapatkan taksi. Kami memutuskan tidak mengunjungi Burj Khalifa karena hari sudah menjelang sore, dan kami memilih ke Dubai Mall yang jaraknya lebih dekat dengan posisi kami.



Dubai Waterfall


Di Dubai Mall kami juga tidak bisa apa-apa. Mall penuh dengan manusia. Berdesak-desakan. Akhirnya kami hanya berputar-putar di Mall, antri menunggu taksi dan segera kembali ke hotel karena kami harus siap ke bandara untuk penerbangan menuju Seoul.



Candylicious, toko permen di Dubai Mall yang menjual berbagai jenis permen


24 jam kami di Dubai, kami tidak berganti pakaian karena koper sudah terbang duluan ke Seoul, kami lelah dan berantakan. Dan kami masih harus menempuh perjalanan ke Seoul selama 8 jam.


Selasa, 07 April 2015

Mengunjungi Museum DE’MATA Trick Eye

Museum De Mata Trick Eye adalah museum gambar 3 dimensi di yogyakarta yang kabarnya merupakan museum gambar 3D terbesar di dunia.


DE’MATA Trick Eye Museum menempati area basement Gedung Umar Kayam XT Square seluas 1.500 m2 dan terpasang 120 buah gambar 3 dimensi yang secara berkala gambar-gambar tersebut akan diganti gambar yang baru. Fasilitas yang di berikan di area DE’MATA Trick Eye Museum tak kalah spektakuler, dalam area tersebut sudah terinstalasi pencahayaan yang optimal untuk mengambil foto dengan adanya staf onsite yang akan membantu, bahkan fasilitas wifi yang memudahkan pengunjung untuk mengupload fotonya ke dunia maya. Tak hanya itu didalam wahana tersebut juga dilengkapi dengan adanya radio mall, kafetaria, toko sovernir, toilet, parkir dan tentunya full AC ( http://www.jogjakota.go.id/news/).



Tiket masuk ke lokasi adalah Rp 25.000 untuk hari biasa dan Rp 35.000 untuk weekend dan hari libur nasional.


Kami mengunjungi museum itu saat weekend sehingga relatif banyak pengunjung dan kami harus antri untuk membuat foto. Namun saat melihat hasil foto yang seolah-olah hidup, kami puas berkunjung kesana, terutama anak-anak yang bisa berpose habis-habisan.



Mbak Kenti…Oh…Mbak Kenti


Ting…Tong…
“….Buuuuu…..kulonuwun…..”
“…Buuuuu…sayur bu….”

            Suara tukang sayur gendong langganan ibu saya terdengar dari teras depan.
Mbak Kenti nama penjual sayur gendong itu. Dia sudah menjadi langganan ibu saya sejak kami pindah ke desa  Nuren yang terletak di tepi jalan raya menuju Kopeng. Seingat saya, dia sudah mulai menawarkan dagangannya sejak tahun 1990. Sejak saya masih kuliah.
  

          Ibu saya bercerita, mbak Kenti, tinggal jauh dari tempat dia berkeliling menawarkan dagangannya. Dia berjalankan kaki pulang pergi. Perjalanan jauh berkilo-kilometer, menawarkan dagangannya dari satu pintu ke pintu lain, membuat dia baru sampai rumah ibu saya sekitar jam 2 atau 3 siang.
            Jika dia mulai berangkat dari rumah saat setelah subuh, dan jam 2 masih menawarkan sayuran dagangannya…bisa diperkirakan jarak tempuh perjalanannya yang sangat jauh. Pada jam itu, tentu saja sayuran yang dia tawarkan tidak lagi sesegar saat masih pagi. Ibu saya tidak pernah tega menolak dagangannya. Walau hanya sekedar membeli sayur bayam yang mulai layu, ibu saya tetap bersedia membelinya. Paling tidak dari rumah ibu saya, mbak Kenti berhasil mengantongi Rp 5,000,-
            Tahun lalu  saya datang mengunjungi ibu saya dan menginap selama beberapa hari disana.Kebetulan anak-anak diajak papanya menginap di vila sepupunya.  Seperti saat kuliah, saya memilih tidur bersama ibu saya di kamarnya. Siang itu saat saya masih bermalas-malasan di kamar ibu, saya dikejutkan oleh seorang wanita yang mengintip ke dalam rumah dari jendela kamar ibu saya. Dengan kaget saya berlari keluar kamar dan langsung menemui ibu saya yang sedang memasak di dapur.
"Bu, ada perempuan yang ngintip dari jendela kamar ibu"
Dengan tenang ibu saya berkata, "Oh itu mbak Kenti. Dia biasa ngintip gitu sebelum membunyikan bel. Kamu inget mbak Kenti kan? Dia sudah jual sayuran keliling sejak kamu masih kuliah"
Iya saya ingat mbak Kenti. Saat kami baru pindah ke desa Nuren, kami selalu berlangganan sayur pada mbak Kenti. Dia selalu membawa jajanan pasar  murah meriah yang kami suka. Mbak Kenti sudah berjualan sejak muda, sejak belum ada si mamang, tukang sayur keliling yang menggunakan motor.
            Dengan bergesernya waktu, mbak Kenti mulai mendapat persaingan ketat dari penjual sayur lainnya,  Salah satu pesaingnya adalah si mamang yang masih muda, pakai motor, membawa dagangan yang lebih banyak dan komplit, dan yang pasti, si mamang sudah sampai di rumah ibu saya pada jam 8 pagi Namun mbak Kenti pantang menyerah. Dia tetap berkeliling ke desa-desa yang dia lewati menawarkan sayuran yang dia bawa tanpa kenal lelah, panas dan hujan tidak menghalangi langkah kaki kurusnya untuk terus berjalan.
            Bulan lalu saya kembali menginap di rumah ibu saya untuk melepas kangen. Selama tiga hari saya disana, saya tidak melihat sosok mbak Kenti yang mengintip ke jendela kamar ibu atau membunyikan bel rumah. Kemudian saya bertanya pada ibu saya,
“Bu, tumben mbak Kenti nggak keliatan beberapa hari ini?”
“Kayaknya mbak Kenti lagi rewang di tetangganya yang punya hajatan”, jawab ibu. Lalu meluncurlah cerita ibu tentang mbak Kenti yang tidak pernah putus asa dalam mencari nafkah, bertahun-tahun menjalani profesinya tanpa pernah kenal lelah dan mengeluh. Ibu juga bercerita, saat saya menikah 20 tahun lalu, mbak Kenti juga hadir dan menyelipkan amplop berisi uang ke tangan ibu saya. Di desa tempat tinggal ibu saya, jika ada salah satu warga yang menikahkan anaknya, maka para tetangga jauh dan dekat akan datang memberi selamat tanpa perlu kita buatkan daftar undangan.  Mbak Kenti menghadiri perkawinan saya karena mengenal keluarga kami dan memberikan amplop yang mungkin berisi keuntungan berjualannya selama 10 hari. Bagi kami, kehadiran tetangga-tetangga kami sudah merupakan kebahagiaan tersendiri tanpa perlu ada amplop sebagai bentuk mereka ikut merasakan kebahagiaan kami.

Hari ini saya duduk di teras rumah ibu menunggu kedatangan mbak Kenti, saya ingin mengulang kenangan masa kuliah, mencari jajan pasar yang murah meriah dari gendongan mbak Kenti, makan jajanan tersebut sambil mengobrol. Dari jauh saya melihat sosok kurus membawa tenggok yang digendong di punggungnya dengan menggunakan jarit, berjalan memasuki halaman rumah ibu saya, memakai sendal jepit yang sudah tipis, namun tetap menebarkan senyumannya yang khas. Tanpa menunjukan wajah kelelahan dia berkata, “Sayur bu...”

Senin, 06 April 2015

Menelusuri Kali Elo Dengan Perahu Karet



Salah satu cara mengisi liburan dengan seru adalah mengikuti kegiatan rafting. Di pinggir jalan perbatasan Yogyakarta-Magelang banyak penawaran rafting dengan informasi nomor handphone yang bisa dihubungi.

Saya dan anak-anak mencoba menghubungi salah satu penyelenggara untuk ikut kegiatan rafting. Ada beberapa paket yang ditawarkan, mulai dari pemula sampai mahir. Kami tentu saja memilih level pemula karena ini rafting pertama kami, dan Aya, si bungsu, baru berusia 9 tahun.

Harga paket yang ditawarkan rata-rata hampir sama. Berkisar antara Rp 500.000-Rp 600.000 untuk satu perahu dimulai dari desa blondo, mungkid magelang dan berakhir di kelurahan mendut.

Saat kami sampai di lokasi pemberangkatan, kami diminta menggunakan jaket pelampung, dan helm. Sebelum mulai, pemandu akan menjelaskan mengenai cara memegang dayung, cara mengayuh dan tips sederhana mengenai keselamatan. Setiap perahu dikawal seorang pemandu yang mahir mengendalikan perahu karet.

Perjalanan yang kami lalui cukup menyenangkan, namun ternyata buat anak-anak saya, level pemula terlalu membosankan, mereka ingin yang lebih dasyat jeramnya dibandingkan yang mereka lakukan kali ini. Liburan panjang mendatang, mereka akan memilih level yang lebih sulit.




Setelah menempuh separuh perjalanan, kami berhenti dahulu untuk sekedar minum dan makan makanan kecil. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan.

Setelah sampai di tujuan, kami sudah dijemput mobil angkot untuk kembali ke base camp untuk membersihkan diri dan makan siang. Makan siang yang disediakan penyelenggara sudah termasuk harga paket.


Pantai Sundak, Salah Satu Pantai Dengan Sunset Terindah



Pantai Sundak adalah satu dari 15 deretan pantai di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta. Pantai ini terletak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Untuk mencapai lokasi tersebut, dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam dari Kota Yogyakarta.

Saya dan keluarga sangat menyukai pantai ini dibandingkan pantai lainnya di sepanjang pantai selatan Gunung Kidul. Lokasi yang kami sukai bukan di pintu masuk menuju pantai Sundak, namun ada lokasi di pinggir pantai yang relatif sedikit pengunjungnya mungkin karena lokasi ini tidak terlalu mencolok letaknya.

Beberapa tahun lalu, belum banyak yang mengetahui sisi pantai Sundak ini. Namun sekarang sudah mulai ramai dengan adanya 2 warung makan, tempat parkir, beberapa gubug tenda dan sekitar 3 bangunan kayu sederhana yang bisa menjadi tempat menginap.

Saya sekeluarga pernah mendirikan tenda di pinggir pantai Sundak itu, kami berkemah semalam disana, tentu saja sebelumnya kami minta ijin pada warung makan yang paling dekat dengan tenda kami.

Dengan berkemah di situ, kami bisa menikmati sunset dan sunrise yang indah sekali.






Merapi Volcano Tour: Off Road Menggunakan Jeep Wisata



Bencana erupsi gunung merapi di tahun 2010 menyisakan kesedihan bagi penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Namun dengan berjalannya waktu, bencana di daerah tersebut bisa dimanfaatkan menjadi lokasi wisata yang unik dilengkapi dengan fasilitas ojek dan jeep kuno yang bisa membawa pengunjung mendatangi lokasi bencana.

Yang menarik dari volcano tour ini, selain mengunjungi lokasi bencana menggunakan jeep kuno, pengunjung juga diajak off road melalui lokasi berbatu-batu. Bagi yang menyukai kegiatan petualangan, off road ini cukup membuat adrenalin terpacu. Namun jika pengunjung hanya ingin perjalanan santai, pemandu wisata sekaligus sopir jeep,  akan membawa pengunjung berjalan santai, menikmati pemandangan sambil merasakan angin dingin di kaki gunung merapi. Pengunjung juga diberi masker agar tidak terkena debu di perjalanan karena lokasi yang dikunjungi penuh debu dan jalan tanah berbatu.

Ada banyak pengelola jeep wisata di kaki gunung merapi tersebut. Paket yang ditawarkan juga relatif memiliki harga yang sama, mulai dari Rp 300.000 untuk 1-1,5 jam perjalanan sampai Rp 500.000 untuk 3-4 jam perjalanan. Makin lama waktu perjalanan yang dipilih, makin lengkap lokasi wisata bencana yang dikunjungi.

Saya dan keluarga memilih paket 1 jam perjalanan. Anak-anak kebetulan mendapat pemandu yang sengaja melewati jalan berbatu dengan kemiringan lebih dari 45 derajat sampai masuk ke kubangan air yang membuat mereka basah kuyup. Saya cukup menikmati perjalanan santai saja karena membawa 2 orang eyang yang harus dijaga.







Lokasi yang mula-mula dikunjungi adalah museum ‘sisa hartaku’, yaitu rumah salah satu penduduk yang menjadi korban erupsi, lengkap dengan sisa-sisa barang, ternak  yang meleleh karena terkena awan panas.

Setelah itu, kami kami berfoto-foto di lokasi berbatu-batu yang eksotik. Perjalanan di lanjutkan mengunjungi bunker yang pernah menelan korban 2 orang anggota SAR dan mengunjungi batu alien, yaitu sebuah batu besar yang jika dilihat dari berbagai sisi, menunjukan banyak wajah.




Setelah puas ber off road, jeep membawa kami kembali ke base camp.