Jumat, 10 Februari 2017

Meiji Shrine: Kuil Shinto Terpopuler Di Tokyo

Saat mengunjungi kuil Shinto terpenting dan terpopuler di Tokyo, Meiji Shrine, kita akan melihat banyak pengunjung yang menyucikan diri terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan sebelum memasuki halaman kuil.

Di pintu masuk, kita akan melewati gerbang dengan ketinggian 12 meter yang disebut Torii Gate.



Sebelum memasuki Torii Gate, kita melewati kumpulan gentong-gentong sake dengan berbagai merk yang pernah ada di Jepang.



Di tempat ini, disediakan pensil dan lembaran kertas serta amplop yang akan diisi dengan harapan dan keinginan pengunjung, kemudian digantung bersama amplop-amplop lainnya yang sudah digantung.


Tulisan yang dibuat siswa-siswa sekolah yang pernah berkunjung ke kuil ini dan menjadi hiasan di sekeliling tembok kuil.

Imperial Palace Garden East



Imperial Palace tidak terbuka untuk umum. Namun ada bagian dari taman istana yang terbuka untuk umum salah satunya adalah garden east. Walaupun pepohonan di taman tersebut rata-rata tanpa daun, namun keindahan sebuah taman di musim dingin tetap terpancar dari taman tersebut.




Mengelilingi taman tersebut akanmelewati jembatan kecil dengan jalan setapak yang mengelilingi kolam dengan ikan koi di dalamnya.


Setiap sudut taman dapat menjadi obyek foto atau latar belakang foto yang indah.



Memandang Kota Tokyo Dari Tokyo Tower

Hari kedua adalah hari dengan jadwal terpadat, karena kami mengunjungi banyak lokasi wisata di Tokyo. Salah satunya adalah mengunjungi icon kota Tokyo yaitu Tokyo Tower. Tower dengan warna merah cukup mencolok dengan ketinggiannya yang menjulang di tengah kota.



Di ujung hamparan gedung-gedung tinggi kota Tokyo, nampak gunung Fuji dengan puncak saljunya.




Bagi yang takut akan ketinggian namun ingin merasakan sensasi saat memandang ke bawah, ada lookdown window yang memberikan pemandangan ke kaki tower.



Everyday is A Busy Day At Shibuya Crossing


Hari pertama di Tokyo adalah menjelajahi Shinjuku dan Shibuya. dengan menggunakan Yamanote Line untuk membiasakan diri meggunakan kereta ke beberapa lokasi wisata.
Kami makan siang di Shinjuku dengan menu khas Jepang (lupa namanya) tapi porsinya cukup mengenyangkan.



Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Shibuya dan kami menyaksikan padatnya Shibuya Crossing saat orang-orang menyebrangi jalan dari berbagai penjuru. Kepatuhan orang-orang Jepang saat mengikuti petunjuk lampu lalu lintas membuat padatnya penyebrangan jalan tidak membuat jalan menjadi macet dan tidak teratur.




Akhirnya Sampai Tokyo



So ya...akhirnya kami bisa jalan-jalan ke Tokyo. 
Sayangnya hanya saya dan anak-anak saja yang jalan-jalan sementara bapaknya harus kembali bekerja.

Jalan-jalan ini direncanakan secara mendadak sehingga kami siap backpackeran karena hotel-hotel sudah mahal dan menggunakan pesawat yang terpisah. Anggi dan Rina, sahabatnya, berangkat menggunakan ANA  dan menginap di Air BNB sementara Saya, Tata dan Aya menggunakan Garuda Airways dan menginap di hotel bintang 3 yang ukuran kamarnya 2,5x5 (sangking sempitnya, koper aja susah dibuka lebar). 
But anyway...kami tidak mengeluh, dan tetap bersyukur bisa jalan-jalan dengan dana terbatas. 

Kami mendarat sekitar jam 10 pagi dan menggunakan Limousine Bus ke Ikebukuro (lokasi ini dipilih karena dekat dengan Animate dan beberapa lokasi yang terkait dengan anime-anime yang jadi kesukaan Anggi dan Aya).

Kami jalan-jalan di akhir bulan Januari sehingga kami masih merasakan dinginnya Tokyo dikisaran 0-12 derajat and We love winter!!