Di era komunikasi seperti
sekarang ini, telpon genggam menjadi alat komunikasi yang paling banyak
dimiliki oleh berbagai kalangan. Dari anak-anak sampai dewasa, bahkan yang tua
sekalipun, semua mengenal alat komunikasi yang disebut handphone tersebut.
Selain praktis bisa dibawa kemana-mana, bisa buat ngobrol kapanpun lewat voice
call maupun sms, handphone juga bisa buat main game, buat browsing internet,
bisa ngobrol lewat BBM, whatsapp, line, facebook dan banyak social media
lainnya. Pokoknya ada handphone, dunia seakan sudah berada dekat kita.
Demam handphone juga melanda
eyang Aminah. Wanita berusia 70 tahun dan memiliki 5 orang cucu itu memiliki 2
buah handphone yang tidak pernah jauh dari jangkauan tangannya. Anaknya memang
memberikan handphone blackberry untuk eyang Aminah agar mudah berkomunikasi
setiap saat, karena kedua anaknya tinggal berbeda kota sementara eyang Aminah hanya
ditemani oleh keponakan jauh yang disekolahkan eyang Aminah.
Awal proses memperkenalkan
teknologi handphone kepada eyang Aminah ternyata tidak mudah dan membutuhkan
waktu. Para cucu harus ekstra sabar menjelaskan pada eyang Aminah bagaimana
mengirim sms, bbm, menerima dan mengirim foto juga video. Ditambah lagi handphone
yang diberikan pada eyang Aminah adalah handphone screen touch yang sensitif
sehingga eyang Aminah terkadang emosi jika harus mengulangi ketikannya.
Sekarang, eyang Aminah sudah
cukup ahli berkomunikasi dengan handphone. Dengan kacamata plusnya, eyang
Aminah asyik bersms dengan sahabat jaman SMAnya, saudara jauh, pesan sayuran
pada tukang sayur, janjian dengan teman PWRI untuk menghadiri pengajian atau
ngobrol melalui BBM dengan anak cucunya. Bahkan kedua handphone itu diletakan
di sebelah bantalnya saat tidur, dan jika terbangun di tengah malam, yang
pertama diraihnya adalah kedua handphone tersebut.
Sayangnya, anak dan cucu
eyang tidak memberikan informasi mengenai banyaknya SMS penipuan yang terjadi
belakangan ini, akibatnya eyang Aminah sudah beberapa kali tertipu dan terkena
pengaruh penipu yang menggunakan SMS sebagai alat untuk mempengaruhi eyang
Aminah. Namun eyang Aminah selalu berkilah bahwa dia tidak merasa ditipu, dia
hanya menolong mereka yang membutuhkan pertolongan eyang.
Misalnya, eyang mendapat SMS
dari seseorang yang mengaku sebagai ‘mama’ yang minta pulsa karena mengalami
kecelakaan. Eyang Aminah dengan tulus mengirim pulsa pada si ‘Mama’ tersebut.
Padahal kalau dilogika, mamanya eyang Aminah sudah lama meninggal dunia.
Setelah diberitahu oleh para cucunya untuk tidak menanggapi SMS seperti itu,
akhirnya eyang Aminah menurut dan mengabaikan SMS minta pulsa seperti itu.
Namun penipuan SMS tidak
hanya dalam bentuk minta pulsa, tapi juga mengabarkan kalau cucunya eyang
Aminah mengalami kecelakaan dan kedua orangtuanya tidak bisa dihubungi, dengan
panik eyang Aminah menelpon sang pengirim SMS yang mengaku sebagai seorang
Polisi untuk meminta penjelasan apa yang terjadi pada si cucu. Lalu ‘Polisi’
tersebut meminta eyang Aminah mentransfer sejumlah uang agar si cucu bisa
segera di rawat secara intensif. Untungnya eyang Aminah tidak memiliki uang
sejumlah yang diminta oknum Polisi tersebut, dan eyang Aminah mencoba menelpon
anaknya, yang notabene adalah orangtua si cucu yang katanya kecelakaan.
Ternyata si cucu sehat walafiat tidak kekurangan suatu apapun. Sejak kejadian
itu, eyang Aminah mulai waspada terhadap modus penipuan seperti tersebut.
Namun dengan waspada
terhadap para penipu yang berkedok SMS, eyang Aminah tetap tidak bisa cuek
terhadap SMS yang masuk ke handphonenya. Seperti misalnya, eyang Aminah pernah
mendapat SMS yang berbunyi, “Hai, kenalan yuk, nama saya Adi, umur saya 23
tahun”, dan eyang Aminah menjawab SMS itu dengan kalimat, “Maaf mas, saya ga
mau kenalan sama mas, saya sudah nenek-nenek, umur saya 70 tahun”.
Eyang Aminah juga pernah
mendapat SMS yang berbunyi, “Invite pin BB saya ya. Kita bisa sexchat, sexphone
dan copy darat”. Eyang Aminah yang pernah mencicipi bangku kuliah, tentu saja
mengerti arti kata sex, dan eyang cukup paham maksud dari SMS tersebut. Eyang Aminah
kemudian menjawab SMS itu dengan nasihat panjang lebar tentang dosa dan
menyarankan si pengirim SMS itu belajar yang baik sehingga tidak terjurumus
perbuatan terlarang.
Kemarin, dengan lugunya
eyang Aminah bercerita pada cucunya, kalau dia mendapat SMS yang menawarkan
pembelian pulsa elektronik di counter ‘X’ dengan harga bersaing. Sang cucu
bertanya, “Eyang sudah dikirim pulsa sama mama kan kemarin?” dan eyang Aminah
kemudian menjawab, “Iya sudah, makanya eyang jawab SMS itu, eyang bilang, maaf
saya tidak tertarik membeli pulsa, saya sudah dikirim pulsa sama anak saya.” Si
cucu hanya bisa tersenyum-senyum mendengar jawaban eyang Aminah dan berkata,
“Eyang, kalau ada SMS promosi seperti itu ga usah dijawab aja”. Dengan
tenangnya eyang Aminah berkata, “kalau ga dijawab kan kasian.” Haduuh
eyang...eyang...