Minggu, 19 April 2020

Belajar Baking: Wingko Babat

Kebetulan ada sisa kelapa parut dan tepung ketan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat makanan yang gampang. Setelah googling kesana sini, akhirnya saya menemukan resep yang menggunakan 2 bahan yang saya miliki tersebut, yaitu wingko.


Bahan yang dibutuhkan:
200 gr tepung ketan
100 gr kelapa parut
50 ml santan cair sasa / kara
4 sdm mentega dicairkan
7 sdm gula pasir
1/2 sdt vanili cair
sejumput garam


Cara membuatnya:
1. Campurkan semua bahan dan aduk sampai rata
2. Masukan santan sedikit demi sedikit supaya tidak lembek
3. bentuk bulatan lalu tekan supaya gepeng
4. Panggang di atas teflon dan bolak bali sampai matang





Belajar Baking: Bolu Jagung

Di freezer saya punya 1 bungkus jagung pipil manis beku yang biasanya saya gunakan untuk membuat salad. Karena sudah terlalu lama di freezer dan makin mendekati expired date, maka lebih baik saya manfaatkan menjadi kue yang enak dan lembut.


Bahan yang dibutuhkan:
2 bonggol jagung  dipipil (saya pakai jagung beku 200 gr)
1 sachet susu kental manis putih
5 butir telur
150gr gula pasir
1/2 sdt sp
1/2  sdt pasta vanila
200 gr tepung terigu
100 ml minyak goreng


Cara membuatnya:
1. Jagung pipil dan SKM diblender sampai halus
2. Telur gula dan sp di mixer sampai mengembang dengan kecepatan tinggi
3. Masukkan tepung terigu ke dalam adonan dengan menggunakan mixer kecepatan rendah
4. Masukan jagung yang sudah dihaluskan
5. Masukan pasta vanila
6. Matikan mixer
7. Masukan minyak goreng dan aduk balik sampai tercampur
8. Masukan adonan ke dalam cetakan kue lumpur yang sudah dioles mentega
9. Panggang dengan api sedang selama 15 menit atau sampai matang

Belajar Baking: Kue Sengkulun

Di saat seperti sekarang ini dimana setiap orang dianjurkan untuk tinggal di rumah saja agar dapat memutus rantai penyebaran virus covid19, maka untuk mengisi kegiatan di rumah agar tidak bosan, salah satunya adalah belajar baking.
Saya suka mencoba berbagai resep jajan pasar yang gampang cara membuatnya dan menggunakan bahan yang sudah ada di rumah atau yang mudah dicari. Dan saya selalu mencoba resep dengan porsi kecil karena saya tidak sanggup menghabiskan sendiri (dan biar ga tambah gemuk).
Salah satu kue basah yang sudah saya coba resepnya adalah Kue Sengkulun. Ada juga yang menyebut dengan kue Awug.
Saya mendapatkan resep dari banyak sosial media, seperti Instagram, Cookpad atau youtube dan biasanya saya sesuaikan dengan bahan yang saya miliki.


Bahan yang dibutuhkan:
1 butir kelapa parut
150 gr tepung tapioka (atau sagu)
150 gr gula pasir
1 sdt garam
1/2 sdt vanilli
Pewarna (saya pakai pasta pandan)

Cara membuatnya:
Campur semua bahan di satu tempat, aduk hingga rata
Masukan ke dalam cetakan, agak sedikit dipadatkan
Kukus sampai matang (sekitar 20 - 30 menit)

Sabtu, 18 April 2020

One Day Trip Around Singapore

Jalan-jalan dengan anak-anak yang ga suka jalan, membutuhkan kepandaian membujuk agar mereka tetap mau berjalan. Kami para ibu harus siap tidak bisa mengunjungi banyak tempat karena baru berangkat saja, mereka sudah pasang muka lurus tanpa ekspresi.
Jadi rencana hari ini adalah mengunjungi Marina Bay Singapore. Tapi sebelumnya kami mampir ke Fort Canning Park terlebih dahulu.

  

Rencananya setelah dari Fort Canning Park, kami langsung ke Marina Bay Sands, namun Aya mengeluh kakinya sakit karena sepatunya bermasalah, jadinya kami mengubah rencana kami dengan mampir ke Mall di Orchad Road dan mencari sepatu untuk Aya dan sekalian makan siang.

Setelah istirahat dan tidak ada lagi yang mengeluh, kami naik MRT sampai ke stasiun terdekat Marina Bay.


Lihatlah kelucuan 2 krucil ini

 

Kemudian kamu menyusuri Jubilee Bridge dan  Helix Bridge untuk sampai ke Gardens By The Bay



Sampailah kami di Gardens By The Bay dan menyaksikan pertunjukan yang penuh warna



Diperjalanan pulang, masih di lingkungan Gardens By The Bay, ada pertunjukan floating lampions yang disebut Future Together.

 



Membawa "Pasukan Krucil" Jalan-Jalan Ke Singapura

Di saat seperti sekarang ini, dimana semua orang dianjurkan untuk tinggal di rumah saja, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah, maka Saya mencari kesibukan dengan membuka kembali foto-foto lama saat kami jalan-jalan sebelum covid19 merebak.
Blog ini terakhir aktif 1 tahun lalu, dan karena saat ini saya punya banyak waktu luang, maka saya aktifkan kembali blog ini sekedar untuk menyimpan kenangan perjalanan kami. Saya tidak pernah memikirkan apakah akan ada yang membaca blog saya atau ada orang yang menganggap blog saya tidak memberikan nilai lebih, tidak masalah buat saya. Saya hanya ingin menulis. itu saja.

Jadi beberapa waktu lalu sebelum banyak negara melarang wisatawan asing datang berkunjung, saya dan adik saya membawa krucil jalan-jalan ke Singapura. Kalau di sebut krucil, nampaknya juga kurang tepat karena usia mereka 13, 14, 18 dan 22 tahun. Namun, buat seorang ibu, seorang anak tetaplah seorang anak berapapun usia mereka.


Jadi kami berangkat dari Yogya langsung Singapura. Anggi yang sudah berkali-kali ke singapura, menjadi guide. Sesampainya di Changi, Anggi dan Evan mengaktifkan simcard prabayar Singtel agar tetap bisa online dimanapun.
Kami menyewa hotel backpacker yang 1 kamar bisa untuk 6 orang. Murah meriah. Karena kami baru bisa check in jam 14, maka kami makan siang terlebih dahulu di airport, melihat the Jewel, baru naik kereta ke hotel.



Day 13: Saatnya Kembali Ke Indonesia

Pesawat kami akan berangkat jam 15.15 waktu Amsterdam. Dengan banyaknya barang bawaan, dan jarak Rotterdam-Amsterdam yang tidak dekat, membuat kami harus mengatur waktu karena kereta langsung yang menuju Schiphol berangkat setiap 30 menit. Dengan 1 jam perjalanan, kami harus memperhitungkan waktu check in, imigrasi dan lain-lain.

Jujur aja, walau sudah berkali-kali melewati imigrasi di beberapa negara yang saya kunjungi, bagian imigrasi selalu membuat saya ga nyaman. Aya pernah tertahan di imigrasi Thailand padahal saat itu Aya masih berusia 8 tahun dan Saya juga pernah tertahan di imigrasi Dubai dan disuruh menunggu di ruangan dan ditanya, mengapa saya tidak membawa tiket. Padahal tiketnya dibawa papanya anak2 dan dia sudah melewati imigrasi terlebih dahulu. Jadinya saya harus menunggu sampai papanya anak2 menyadari kalau saya tidak muncul-muncul.

Back to the story.
Walau kami sudah teliti memperhitungkan waktu, namun tetap saja ada kendala yg membuat kami terhambat. Awalnya kami memesan grab untuk mengantar ke stasiun Blaak, namun ternyata bagasi mobil grab tidak bisa membawa koper kami yg besar-besar dan kami harus mengganti order grab dengan mobil yang lebih besar (dan mahal pastinya). Sesampainya di stasiun Blaak, kami harus membeli tiket one way untuk saya dan Aya, serta tiket return untuk Tata dan Devina. Kami sampai di jalur kereta hanya terlambat tidak sampai 5 detik, akibatnya kami harus menunggu kereta berikutnya dan kedinginan selama 30 menit.


Setelah menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, sampailah kami di Schiphol, urusan check in lancar karena kami sudah check in online. Sementara menunggu masuk ke imigrasi, kami hangout dulu untuk makan siang.


Setelah waktunya tiba, Saya dan Aya harus naik pesawat untuk kembali ke Yogyakarta. Perjalanan panjang yang harus kami lewati sebelum benar-benar bisa beristirahat dengan baik.


Day 12: Melihat Willemsburg dan Erasmus Bridge Dari Dekat

Salah satu icon Rotterdam yang sayang untuk dilewatkan adalah Erasmus Bridge. Namun sayangnya anak-anak tidak mau ikut saya mengunjungi jembatan tersebut. Jadilah saya jalan sendiri berbekal google maps untuk sampai ke sana.
Awalnya saya menuju ke jembatan berwarna merah yang saya lihat saat baru sampai di Rotterdam yaitu Willemsburg.


  


Lalu saya melanjutkan perjalanan saya dan melewati jalanan yang berhiaskan jajaran bendera negara-negara di dunia.




Kemudian saya sampai pada jembatan berwarna putih yang dikenal sebagai Erasmus Bridge.